Minggu, 16 September 2012

Mati Untuk Narian Part-2

Nih dia postingan saya buat ngelanjutin cerpen yang dulu, masih pada ingat kan MATI UNTUK NARIAN ? ini kawan ceritanya ….

PART KE -2
Jreng jrenggg ..........


       Langkahnya sampai di gubuk tua tempatnya tidur. Gubuk yang hanya berpetakan satu ruangan sempit, disitu mereka membagi susahnyan hidup berdua. Terdengar suara yang membisingkan telinganya Narian, ia tersentak melihat ada dua orang tua yang menangis di hadapan Ambunya itu. Ia mendengar lirih kalimat yang membuatnya meneteskan air mata pula “Nek izinkan anakmu ikut kami, percayakan masa depannya kepada kami, sungguh kami akan memberikanya kebahagia yang seharusnya ia dapatkan dari orang tuanya sendiri, kami sadari atas apa yang telah kami lakukan kepadanya tapi saat itu kami tak tau harus apa yang kami lakukan kecuali kami titipkan kepadamu, satu-satunya orang yang kami percayai”. Narian mencoba berbaik sangka kiranya itu hanya ucapa biasa saja, namun sesaat ia sampai di rumahnya ibu muda itu memeluknya erat. Tak ada pikiran yang melintas di otaknya Narian, ia hanya mengira perempuan muda itu ibunya yang tlah lama ia cari namun dengan tanpa raut muka bahagia. Pelu hangat yang ia dapatkan itu dibalasnya kembali dengan erat pula. Pelukan erat tersebut penuh cinta kasih tulus dari anak yang terbuang. 
Narian menangis, namun entah apa yang ia pikirkan disela-sela tangisannya ia pun tertawa terpingkal-pingkal tak jelas, semua orang yang ada merasa bingun begitupun kedua orang tua tersebut merasa heran atas apa yang terjadi pada Narian.
Pikirannya yang kosong, ia tak terlalu memperhatikan orng tua yang menangis itu ia hanya membayangkan sinetron yang ia tonton tadi malam bersama rekan karibnya. Ia merasa ikut serta di ceritanya merasa berada dalam sinetron  itu “ Ambu ! ini lucu sekali macam mana ada ibu yang tega membuang anaknya dan kemudian memungutnya kembali dari nenek tua seperti mu Ambu, sungguh konyolnya orang tua ini hahaha” ucapan dalam kemelut tangisan yang belum ia hapus dari matanya itu. Ibunya balik menjawab dengan nada perih atas ucapan Narian yang mengiris perasaanya itu “ Sayang percayalah aku ini ibumu tanyalah sama Ambumu ini sungguh percayalah sayang, akulah ibumu aku lah yang telah melahirkanmu !” potong ibu muda itu. Percakapan yang dimulai dari tangis berubah menegang rasa kesal yang menyelimuti hati Narian hilang sesaat kembali setelah ibu itu mencium  kening Narian. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri, ia sadarai ia sangat merindungsn saat-saat seperti ini. 
Hidupnya yang begitu sederhana segala persoalan pun ia lewati saja. Begitupun dengan kejadian saat itu memang Narian seperti tak terlalu memperdulikannya namun dalam dirinya ia begitu sangat ingin percaya itu, dalam pikirannya ia merasa bahwa apa yang telah ia lakukan memang betul hal yang salah, namun itu satu-satunya cara untuk tak melukai perasaan Ambu. Menurutnya “Aku akan jauh lebih sakit dan kecewa jika ku harus melihat Ambuku yang ku sayang menangis karena ku percayai mereka dan aku memilih mereka”

Menarik ga nih cerpennya ? mulai kerasa yah titik permasalahnnya apa, makanya pantengin terus postingan saya yah jangan sampe kalian ketinggalan cerpen part ke-3nya yaa
                Yang mau share soal tulis menulis sambil belajar bareng saya bisa di follow @sucianggraenii  https://twitter.com/sucianggraenii atau engga add fb saya : suchi anggraeni http://www.facebook.com/profile.php?id=10 0003184168916. Okeeee  sucianggraeni235@yahoo.com 

0 komentar:

Posting Komentar