Haiiii ?????
Kalian masih penasaran dengan part ke-3nya
narian kan? makin kesini makin menarik kan? Oh iya gimana udah biasa atau udah membiasakan
menulis belum? Menulis itu mudah kan?
Udah ah cuap-cuapnya kita masuk ke part 3nya
MATI UNTUK NARIAN yah !!!!1
Jreng jrenggg .........
Semuanya
dianggap telah berlalu bagai daun yang terbawa angin, tak ada jejaknya lagi akan
kabar kedua orang tuanya. Sementara itu, keadaan mereka dilihat dari usia Ambunya
yang semakin tua di ujung senja tinggal menanti ajal datang, Narian selalu
menampakan wajah pasrah. Melihat Ambunya yang terkapar lemas, tergeletak di
lantai yang beralaskan tikar di tengah rumah, ia hanya memberi abunya segelas
teh dan bubur buatannya setiap pagi, siang dan sore. Tak mampu ia berikan obat
untuk menopang rasa sakitnya yang diderita Ambunya itu, hari yang dilewatinya dengan
rutin ia hitung dan ajal Ambunya pun terasa semakin jauh, terkadang ia berpikir
jauh bahwa ia mengharapkan nenek tua itu cepat meninggal karena alasan ia tak
kuasa menyaksikan penderitaan yang dialami nenek terkasihnya itu, namun disisi
lain ia pun tak mau kehilangannya pula, jika dilihat ia hanya hidup berdua tak
mau ia harus hidup sendirian.
Suasana pagi itu berbeda dari biasanya, suara kicauan
burung yang saling bersahutan dengan suara ayam jantan yang biasanya ia dengar
setiap pagi kini terasa sepi. Dan Pak sumadi pun yang biasanya rutin setiap
pagi memberinya seberkas Koran untuk ia sebarkan ke kota tak ia lihat.
Sekelebat cahaya yang saling mengisi pagi itu terasa aneh. “tak seperti
biasanya !!, oh tuhan apa yang kurasakan perasaan yang menyayat-nyayat hati ini
terasa peri, apalah tanda pagi ini untuk haru-hariku esok? Apakah ini awal
semuanya ? “ Narian terus bertanya-tanya dalam hatinya atas apa yang ia
rasakan. Ternyata memang betul sesaat ia membuka mata dilihatnya nenek tua yang
sedang tersenyum itu menetesakan air mata yang penuh dengan keikhlasana. “cuppp
………… !” suara lirih membekukan suasana. Narian menyadari itu senyuman terakhir yang
ia lihat dari neneknya itu.
Tak ada yang berbeda, harinya yang sepi tanpa
sahabat karib ia lalui seorang diri sampai ia teringat kembali akan orang
tuanya yang lalu telah mencarinya. Ia ingin lagi melihat orang tuanya itu. banyak
usaha yang ia lakukan seperti dengan mencari-cari informasi ke kelurahan desa untuk
mencari data orang asing yang pernah singgah di rumahnya sekitar 5 bulan
terakhir lalu, sampai pada akhirnya ia menemukan klimaks datanya.
JALAN RAYA
SENOPATI NO.67, PURWAKERTO tercatat tebal jalan itu dikertas selembar
yang diditipkan orang tuanya itu di kelurahan, mungkin orang tuanya itu menyadari
bahwa suatu saat nanti hal ini akan terjadi pada puteri kecilnya itu. Ia bersih
keras untuk menemui orang tuanya itu, namun sesaat sebelum ia benar-benar
memutuskan untuk pergi ia deselimuti rasa bingung “ siapa yang akan menjaga
kuburan Ambu kalau aku pergi ?” rasa wajar sebagai anak yang berbakti jelas
melintasi pikirkannya. Tak tahu apa yang
harus ia putusankan, ia pun menceritakan akan keluh kesahnya pada Neneng
tetangga jauhnya yang ia percaya menjadi sandaran keluh kesahnya setelah Ambunya
meninggal.
“Neneng ngerti ko nar, Neneng juga ngerasain kalau
lagi kangen sama emak bapak di Saudi, tapi Neneng juga ngerti ko Nar, kamu yang
sabar ya Neneng ga bisa ngasih solusi apa-apa Neneng takut nyengsarain kamu
Nar, kalau kata Neneg mah kamu ikutin hati kamu, insyaalloh itu pilihan yang
paling bener, percaya ke Neneng ya Nar !”. Narian semakin bingung karena ia tak
tau apa kata hatinya, ia hanya ingin menjaga kuburan neneknya untuk bukti ia
sangat menghormati dan menyayanginya tetapi ia juga ingin sekali bertemu orang
tuanya itu.
Menarik ga nih cerpennya ? makin kerasa yah
titik permasalahnnya apa, makanya pantengin terus postingan saya yah jangan
sampe kalian ketinggalan cerpen part ke-4nya yaa :)
Yang mau
share soal tulis menulis sambil belajar bareng saya bisa di follow @sucianggraenii
https://twitter.com/sucianggraenii atau engga add fb saya : suchi anggraeni http://www.facebook.com/profile.php?id=100003184168916 . Okeeee sucianggraeni235@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar