Dibaca ga nih setiap part cerpennya MATI UNTUK
NARIAN ???
Curiga ga ada yang baca nih?? ga menarik yah tapi plisss walaupun gitu
sempetin dong ngeapreasiin perhatian kalian buat cerpen sederhana ini.
Ayolah ini PART KE-4 nya, baca yaaa sampe
tuntas !!!
Jreng jrenggg
.........
“Bismilahirohmannirohim, aku udah mutusin neng
aku mau ke Purwakerto. Aku mau ketemu
orang tuaku, nanti kalau aku udah ketemu aku akan ajak mereka tinggal disini
untuk merawat Ambuku ya Neng, menurut kamu gimna keputusanku benrer ga ?” namun
jawaban neneng “Neneng ga bias jawab apa-apa Nar, insyaalloh Neneng percaya itu
yang terbaik insyaalloh Nar itu yang tebaik “ senym manis terpancar dari bibir
manisnya Narian, tak pikir lama lagi persiapan sudah siap tinggal ia berpamitan
kepada Neneng juga Pak lurah yang sudah mau menopang hidupnya dengan suapan
nasi yang diantarkan bu lurah ke gubuknya itu setiap pagi dan sore.
Perjalanannya diawali dengan naik bis kota
yang ditunggunya dari jam 5 pagi di depan jalan Munggahan sekitar 5 km dri
gubuknya itu. Lelah memang yang Narian rasakan namun rasa lelahnya itu kalah
saing dengan rasa yang menggebu untuk cepat sampai di Purwakerto. Dua hari
perjalan ia lalui sampai akhirnya ia kehabisan uang, bekal uangnya yang hanya
lima puluh ribu tak cukup untuk menghantarkannya kedepan pintu kebahagiannya,
ia tak pernah kehabisan ide, ia pun berusaha mencari uang dengan cara
menawarkan jasa mencuci piring di took-toko makanan yang ia baru tau namanya
warteg itu. Tambahan uangpun ia kumpulkan sekitar seratus ribu “ alhamdulilah
cukuplah !” lirih bahagia yang selalu terlontar dari mulut kecil Narian muda
itu.
Perjalannya itu sampai enam hari, lama untuk
mencari bekal uang. Sepanjang jalan ia terbayang muka Ambunya yang selalu tersenyum,
ia terbayang saat masa kecilnya mengambil kayu bakar di hutan, “mungkin
perjalannya tak sejauh sekarang ‘’ ucap Narian, tetapi rasanya ia sedang
bernostalgia dengan kenangan lalunya itu “Ambu kini engkau telah bahagia di
duniamu, Narian sudah besar Ambu, Narian sudah bisa bahagia sendiri Ambu, Narian
kangen Ambu“ desahan suara diiringi helaan nafas Narian yang tersendak-sendak
bercampur bau asap kendaraan mengiringi setiap langkah manisnya itu. Tiba di
gang kecil kata supir bisnya itu “jalan ke Purwakerto Neng tinggal naik angkot
warna biru putih aja ntar juga sampai”. Narian selalu mengingat-ingat akan
pesan supir itu. Sampai ia temukan angkot tersebut dan lupanya ia tak bertanya
terlebih dahulu jurusan kemana angkot tersebut melaju. Malikat mengiringi
langkahnya tak ada yang menyangkanya ia turun tepat di pintu gerbang rumah
mewah, ia jalan tak tentu arah .
Usaha Narian pun tak putus disitu, ia bertanya
kepada seorang penjaga warung pinggiran, “maaf bu saya boleh tanya, ibu tau
jalan Purwakerto no.67 ?”. “ya Neng boleh iya Neng ini jalannya , neng mau cari
siapa ya ? rasanya ibu baru liat Neng, orang baru bukan ?” jawab ibu warung “saya
sedang nyari ibu saya bu orangnya berkulit putih, hidunynya mancung, tingginya
sekitar ibuan, kalau ga salah namanya bu Maryana, ibu kenal ?” Tanya balik
Narian yang masih kebingungan itu. “oh Neng itu mah orang kaya, Neng salah
orang kali, anaknya juga sudah pada kuliah Neng rumahnya juga selalu kosong
jarang ada penghuninya” jawaban ibu warung yang semakin membuat Narian bingung
“tapi bu, bener ko itu ibu saya ‘’ tegas Narian lagi “ya neng ibu itu memang
baik hati saying anak jalan tapi saya tau ko siapa anak-anaknya itu mereka
semua terpandang Neng engga ada yang
kaya Neng ini !” jawaban akhir ibu itu mebuat Narian semakin bingung lagi.
Menarik ga nih cerpennya ? mulai kerasa yah
titik permasalahnnya apa, makanya pantengin terus postingan saya yah jangan
sampe kalian ketinggalan cerpen part ke-5nya yaa disitu bakalan ketauan akhir ceritanya gimana kawan :)
Yang mau
share soal tulis menulis sambil belajar bareng saya bisa di follow @sucianggraenii
https://twitter.com/sucianggraenii atau engga add fb saya : suchi anggraeni http://www.facebook.com/profile.php?id=100003184168916. Okeeee sucianggraeni235@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar